Pengrajin Tenun Pagatan Ingin Semua Masyarakat Bangga Memakai Tenun Sebagai Budaya Leluhur Tanah Bumbu
NARASINUSANTARA.COM, BATULICIN – Para pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) di bidang Craft Tenun Pagatan, tetap optimis perkenalkan tenun sebagai budaya leluhur yang disukai seluruh kalangan.
Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu, terus berupaya mendukung kreatifitas para pelaku seni dan usaha tenun khas Pagatan Kab. Tanbu, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
Sebagai budaya asli dan sudah turun temurun, kerajinan khas kain tenun Pagatan, memiliki daya tarik tersendiri di hati masyarakat.
Peminat kain tenun Pagatan, terus bertambah setiap tahunnya, hal ini menjadi jamuan positif bagi para pelaku usaha UMKM tenun di daerah khususnya Kota Pagatan.
Asal muasal, menurut informasi, tenun Pagatan muncul bersamaan dengan kedatangan para perantau Bugis pada pertengahan abad ke-18. Di Provinsi Kalimantan Selatan sendiri, budaya tenun sudah ada sejak zaman kerajaan Dipa, Amuntai saat masih berdiri di Kalimantan Selatan. Hal tersebut dapat di deteksi dari naskah tutur candi yang menceritakan proses menenun.
“Kami Alhamdulillah dengan diberinya masukan-masukan dari Pemerintah Daerah, tenun Pagatan sudah mulai menggeliat dan mulai bagus namanya di pasaran masyarakat,” ujar Abdul Aziz selaku Pelaku UMKM tenun Pagatan.
“Budaya leluhur, tenun Pagatan adalah warisan turun-temurun dan kami merupakan generasi bergerak di bidang pengembangan, yang lebih menggunakan teknik fleksibel seperti memakai ATBM (alat tenun bukan mesin),” tuturnya.
Asisten Administrasi Umum, Andi Aminuddin kepergok, mengunjungi stand pengrajin tenun Pagatan pada awal pembukaan pesta rakyat Batulicin Festival pekan lalu , sempat tertangkap media, sosok Asisten III Bidang Administrasi Umum tersebut, tak hanya melihat kerajinan tenun, Aminuddin memborong beberapa kain tanun dengan merogoh kocek hingga jutaan rupiah.
“Pada ajang pameran khusus, tidak semena kami menjual harga 100 %, namun tujuannya kami adalah mencoba memperkenankan budaya tenun Pagatan, secara langsung kepada masyarakat. Maka nya kami bawa alat saat pameran, sehingga bisa mengenalkan langsung bagaimana prosesnya orang menenun, dan masyarakat tau mengapa hasil produk tenun bisa dijual mahal,“ terang Aziz.
“Tenun telah melalui, 17 proses tahapan, tidak hanya di kancah daerah namun juga nasional hingga internasional, kami ingin memperkenalkan budaya tenun kepada para wisatawan, kami harap bisa lebih menenunkan masyarakat,” imbuhnya.
Ia melanjutkan, tugasnya selaku pengrajin tenun Pagatan, bisa mencetak sumber daya manusia/penenun dari generasi baru. Mengajarkan pencinta tenun supaya memiliki kreatifitas dan produk selalu upgrade mengikuti perkembangan jaman modern.
“Karena dengan begitu, bisa membuka niat dan minat masyarakat, agar lebih tertarik pada tenun dan tenun tidak dinilai kaku modelnya atau dianggap kuno ketinggalan zaman. Sasaran pasar kita dahulu, adalah orang tertentu yang suka dan langganan beli kain tenun, sekarang sasaran pasar yang kami harapkan dari kalangan bawah hingga keatas bisa menyukai dan menikmati karya tenun. Kami ingin tenun bisa menjadi, budaya masyarakat Tanah Bumbu dan bangga memakainya,” tutup Abdul Aziz.
Disamping itu, tenun tradisional di pasaran dengan bandrol minimal kisaran harga Rp. 1 jt rupiah, tentu ada harga yang sesuai untuk menjaga khas ketradisionalan kain tenun.
Pemkab Tanbu memotivasi para pelaku tenun dan menggerakkan melalui ATBM, tujuannya agar memudahkan pelaku UMKM tenun mendapat cara praktis dalam pemesanan tenun, sehingga hasilnya bisa lebih cepat dan lebih akurat untuk pelanggan.
“Kain dan baju tenun di Dekranasda ini punya titipan para pengrajin, rata-rata pengrajin tenun dari Desa Mudalang Kecamatan Pagatan, peminatnya ada, hanya saja masih jarang. Terlihat kualitasnya bagus, harga tergantung dari pengrajin, misal seperti tenun jenis Hem laki-laki, jas, blazer, outer, kain tenun, bisa kena bandrol harga kisaran Rp. 300 ribu rupiah hingga harga Rp. 550 ribu rupiah,” kata Mei Tri Ilmi selaku Staf Dekranasda Kab Tanbu, pada Senin (9/1/2023). (narasinusantara.com/Aaron)